Jumat, 25 November 2011

Kenakalan Remaja di Indonesia


KENAKALAN PADA REMAJA MASA KINI
Remaja Muda selalu berhasil menemukan dunianya sendiri. Di jaman yang bagi banyak orang tua adalah jaman yang serba susah, para remaja tetap saja mampu menemukan keceriaan dalam hidup. Yang muda yang bergairah mungkin ada benarnya juga. Susah untuk mencari Remaja dengan wajah kusut (kecuali baru diputus pacar) ataupun berjalan gontai tak berarah. Dunia Remaja adalah sebuah dunia yang Achiles rasa sangat susah untuk dimasuki dan dimengerti oleh orang tua. Cerita cinta, mimpi, cita-cita dan imajinasi para remaja bagaikan sebuah atmosfer yang mampu meledakkan masalah-masalah kecil yang hadir dilingkungannya.
Kenakalan remaja  meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
·         Kartono, ilmuwan sosiologi Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
·         Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja
  • Penyalahgunaan narkoba
  • Seks bebas
  • Tawuran antara pelajar
PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA :
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari  remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
  1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
  1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Salah satu kenakalan yang sering dilakukan anak remaja sekarang adalah seks bebas. Terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung. Dan Yogyakarta. Disalah satu harian ibukota tertanggal 22 Desember 2006 ketua Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam salah satu kesempatan mengatakan bahwa 15% remaja Indonesia yang berusia 10-24 tahun telah melakukan hubungan sexual diluar nikah. Sementara itu United Nation Population Fund (UNPF) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mensinyalir jumlah kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta pertahunnya, dengan 20% diantaranya dilakukan oleh para remaja. Catatan akhir tahun 2002 Polda Metro Jaya melaporkan terjadinya peningkatan kasus perkosaan di DKI jaya dari 89 kasus pada tahun 2001 menjadi 107 kasus (kenaikan 20%) pada tahun 2002. “Media Indonesia (6/1) ngutip Kantor Berita Antara nulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”. Warta Kota (11/2) beri judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”. Lalu, Harian Republika terbitan 1 Maret 2007 nulis, ”Penyakit Menular Seksual Ancam Siapa Pun”. Dalam berita itu juga ditulis”Hampir 50 persen remaja perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”

Berita di Republika ngutip hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Survei itu dilakuin taun 2003 di lima kota, di antaranya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Hasil survei PKBI, yang juga dikutip Media Indonesia, dan disana dinyatain kalau 85 persen remaja berusia 13-15 tahun dah pada ngaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu dilakukan ke 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, dan Kupang.
Parahnya lagi, menurut Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, bilang kalau hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri. Sebanyak 50 persen dari remaja itu ngaku nonton pornografi, contohnya VCD. Dari penelitian itu didapat, kalau 52 persen yang paham gimana kehamilan bisa terjadi.


Penelitian lain dilakuin sama Annisa Foundation, seperti dikutip Warta Kota. Diberitakan kalau, 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur udah ngelakuin hubungan seksual. Mereka ngaku kalo hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta swasta.

Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, juga mengatakan hubungan seks di luar nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9 persen dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Fiuhh..Yang lebih memprihatinkan, sebanyak 90 persen dari mereka paham nilai-nilai agama, dan mereka tahu itu dosa,” ujar Laila. sebagian besar mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas.

Eits, itu tadi di atas belum selesai lho, Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik buat ngedapetin induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid itu nama lain untuk aborsi. Catet!! kejadian aborsi di Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini.

Penelitian di Bandung tahun 1991 juga nunjukin kalau pelajar SMP, 10,53 persen pernah ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual.
Data di atas menunjukkan kian maraknya sex bebas (free sex) di masyarakat kita terutama kaum remaja.
Ini hanya 1 contoh dari beberapa kasus kenakalan remaja jaman sekarang.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :
  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar