"Siapa suruh datang ke
Jakarta" yang mencerminkan sulitnya hidup
dan mencari kerja di Jakarta sudah tersebar ke daerah lain. Hal ini dinilai
sebagai salah satu sebab Jakarta tidak lagi menarik bagi pendatang baru untuk
mengadu nasib. Kebutuhan akan lapangan kerja sangat strategis bagi kehidupan
masyarakat Indonesia. Itu mengapa banyak masyarakat daerah berlomba – lomba
menuju Jakarta. Sebuah kota yang dianggap layak dan memberikan peluang
mendapatkan kesempatan kerja lebih besar. Apalagi branding Jakarta dikenal
sebagai pusat kota penuh keramaian, pusat ekonomi dan perdagangan nasional.
Tidak heran, banyak masyarakat pedesaan bermimpi dapat bekerja di Jakarta.
Akibat
serbuan pendatang, Jakarta semakin penuh menampung penduduk. Mereka datang
mengadu nasib dan berharap kesejahteraan hidup semakin meningkat. Tapi, mimpi
kadang tidak sesuai dengan kenyataan dimana kerasnya Jakarta membuat mereka
terlempar. Jadilah pilihan hidup membuat mereka menyingkir ke pinggiran
Jakarta. Kondisi ini mengundang masalah sosial baru seperti membludaknya
pengangguran, kriminalitas dan rapuhnya tata pembangunan kota.
Menurut
Kepala Dukcapil DKI Jakarta Purba Hutapea, jumlah pendatang baru pasca lebaran
ke DKI Jakarta dalam kerangka perpindahan penduduk menunjukan trend yang
menurun dihitung pada tahun 2003 sebanyak 204.830 orang, tahun 2004 sebanyak
190.356 orang, tahun 2005 sebanyak 180.767 orang, tahun 2006 sebanyak 124.427
orang, tahun 2007 sebanyak 109.617 orang, tahun 2008 sebanyak 88.473 orang,
tahun 2009 sebanyak 69.554 orang, dan pada 2010 tercatat 59.215 orang. Tahun
ini pendatang baru diperkirakan sebanyak kurang lebih 50.000 orang.
Jumlah
itu menghasilkan masalah serius bagi kehidupan bermasyarakat masyarakat
Jakarta. Kemiskinan dan pengangguran menghantui sebagai ekses “masyarakat baru”
di Jakarta. Mengatasi masalah itu, pemerintah DKI Jakarta kembali memaksimalkan
program transmigrasi. Tahun 2011 Pemprov DKI Jakarta mengirimkan 200 KK (800
jiwa) menjadi transmigran. Sasaran program adalah masyarakat wilayah kumuh,
bantaran dan rel kereta api. Strategi ini sangat baik, apalagi mengingat data
Disnaker DKI Jakarta yang menyebutkan, pada 2009 sebanyak 100 KK asal DKI
Jakarta berhasil ditransmigrasikan ke Kalimantan Selatan, Sumatera Utara,
Bengkulu dan Sulawesi Tenggara.
Dampak
negatif
Mobilitas
penduduk yang gemuk meninggalkan pekerjaan rumah besar. Jakarta mengalami
ketimpangan antara daya tampung dan luas wilayah. Dampak lebih jauh,
factor ini menghasilkan bahaya besar.
Pertama, munculnya kemiskinan kota. Jumlah penduduk Jakarta yang
tersingkir semakin banyak. Mau tidak mau ini membawa konsekuensi logis
tumbuhnya wilayah kumuh. Gejala ini sudah dapat dilihat di wilayah Kampung
Melayu, Manggarai dan Pasar Senen. Sepanjang jauh mata memandang, kita akan
menemukan kawasan kumuh terbentang. Berdasarkan Data Cipta karya, banyak
ratusan kawasan kumuh di Jakarta.
Kemunculan
pemukiman kumuh sangat rawan bagi perkembangan tata kota. Mereka membuat rumah
di wilayah bantaran kali dan rel kereta api sehingga merusak tata indah
perkotaan, rawan penyakit dan membahayakan perjalanan kereta api. Selain itu,
permukiman kumuh dapat menghasilkan komunitas penduduk illegal seperti RT
Bayangan pada kawasan kumuh Rawamangun.
Kedua, meningkatnya angka kriminalitas. Di tengah semakin sulitnya
mencari lapangan pekerjaan, manusia mudah terbakar emosi. Tindakan kriminal
akhirnya menjamur dan berkembang semakin liar. Masyarakat terus mendapat
ancaman dan hantu pencopetan di bus kota, pembunuhan dan pemerkosaan dalam
angkutan kota. Apalagi tingkat keamanan dan pengawasan kepolisian Daerah (Polda
Metro Jaya) kadang tak sesuai harapan. Banyak aparat penegak hukum bertindak
tegas kecuali jika ada laporan.
Berdasarkan
data yang dirilis Polda Metro Jaya usai melakukan Operasi “Sikat Jaya
2011″. terdapat 182 kasus kejahatan dengan 259 tersangka, 208 sudah
ditahan dan sisanya, 51 hanya dibina, 259 penjahat ditangkap di dalam angkutan
umum. Operasi ini sendiri dilakukan selama dua pekan sejak 17 September hingga
30 September 2011
Ketiga meningkatnya pengangguran. Menurut data Disnakertrans
Provinsi DKI Jakarta, jumlah pengangguran yang tercatat di DKI Jakarta pada
2010 mencapai 582.850. Dari data yang ia miliki, sepajang tahun 201, Jakarta
memiliki 146.349 sektor usaha. Jumlah tersebut didominasi oleh sektor industri
makanan yaitu sebanyak 39.676 atau 25,56 persen, sektor perdagangan sebesar
25.006 atau 17,09 persen, serta sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi
sebanyak 17.517 atau 11,9 persen. Banyaknya perusahaan tidak menjamin
rakyat Jakarta mendapatkan pekerjaan akibat minimnya keterampilan dan masih
banyak perusahaan yang lebih suka memberikan porsi besar untuk tenaga atau SDM
asing dibandingkan SDM Indonesia.
OYK : Kebijakan Setengah Hati
Mengatasi
kemiskinan, pemerintah DKI Jakarta menerapkan kebijakan Operasi Yustisi
Kependudukan (OYK). Kegiatan “razia KTP” ini diharapkan dapat mengatasi
membludaknya pendatang illegal. Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) ini
direncanakan serentak di lima wilayah kota administrasi. Waktunya dilaksanakan
tanggal 22 September 2011, 13 Oktober, dan 3 November 2011. Sasarannya terutama
pada rumah kos, pemukiman padat sebagai kantong-kantong pendatang baru,
daerah-daerah industri rumah tangga, dan apartemen.
Operasi
ini sungguh bukan sebuah jawaban pas mengatasi masalah mobilitas penduduk.
Seharusnya pemerintah DKI lebih bersikap bijak, meminta Pemerintah Pusat
mengadakan pemerataan ekonomi di daerah-daerah Indonesia. Sehingga laju
pendatang dapat ditekan. Bukan mempercantik Jakarta saja, sementara daerah lain
masih dibiarkan tertinggal baik ekonomi, sosial, budaya dan lainnya.
Pemerintah
Jakarta juga harus bergerak aktif membuat usaha kreatif. Jangan terus
mengandalkan pameran kerja yang belum banyak menyerap tenaga kerja. Penataan
pemukiman kumuh harus dilakukan secepatnya, termasuk membuat rumah murah yang
dapat dijangkau harganya oleh rakyat. Nah, jika sudah begitu masyarakat akan
selalu dihadapkan oleh situasi klasik yaitu mencari atau bertahan hidup di
Jakarta.
Kita akan mengangkat salah satu
kasus, yaitu “Anak Jalanan di Jakarta”
Kehidupan
anak jalanan dapat diartikan sekelompok orang yang hidup di jalan, dapat
di jelaskan disini, mereka “mengais” reziki dijalan dengan segala aktifitasnya,
diantaranya, dari pedagang asongan, pengemis, pengamen, dan lain sebagainya.
Mereka
hidup karena keterpaksaan kebutuhan ekonomi, orang tua mereka tidak mampu
memberikan kehidupan yang layak. Kehidupan layak di Ibukota khususnya di
Jakarta memang sangat tinggi, karena biaya hidup di Jakarta masih sangat tinggi
dari biaya anak sekolah, walaupun gratis tetap saja harus bayar ini dan itu,,
sama saja baik itu sekolah berbayar atau tidak.
Tentunya
kehidupan mereka sangat keras, karena harus bersaing dengan anak-anak jalanan
lainnya, seperti mereka berjualan di tengah hari yang panas maupun dibawah
guyuran hujan hingga malam hari, ada juga yang mengamen dari bus atau angkutan
kota yang tingkat bahanyanya tinggi karena dia harus berpindah dari satu
kendaraan umum kekendaraan umum lainya walapun bus sedang berjalan.
Itu salah satu aktifitas kehidupan anak jalanan yang mungkin jumlahnya ribuan,
dengan persaingan yang tinggi tersebut mereka harus berkerja keras
menghidupi dirinya bahkan keluarganya. Dengan demikian Pendidikan atau sekolah
yang mereka dapatkan sangat terbatas karena mereka sangat lebih mementingkan
kebutuhan ekonomi dibanding mereka bersekolah. Tentunya kita sangat miris
melihatnya, bila kita jumpai di jalan banyak balita yang dipekerjakan di jalan,
bahkan ada yang disewakan, sungguh ironis kehidupan Jakarta yang serba gemerlap
dan glamor, ternyata dibalik itu ada kesenjangan sosial yang tinggi, di
karenakan jumlah anak-anak jalanan kehidupannya sangat begitu
menyedihkan.
Dari
keterbasaan dan kemiskinan itu muncul anak-anak jalanan, yang tiap tahunnya
kian bertambah banyak seiring kian banyaknya urbanisasi dari daerah ke Jakarta
yang tidak sebanding lagi. Walapun dari pihak Pemerintah sudah membuat program
kerja dintaranya sekolah gratis khusus anak jalan, sampai dangan penyuluhan
atau pembekalan, praktek kerja seperti diajarkannya, perbengkelan mobil &
motor, menjahit dan sebagainya kepada anak-anak jalanan.agar mereka bisa
hidup mandiri kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar