Senin, 21 Oktober 2013

TUGAS 3 - Kutipan, Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

RIZKA AMANDA PUTRI
16111311
3KA30

BAHASA INDONESIA 1

Kesimpulan
Dari ketiga model penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa cara melakukan penulisan kutipan yang benar yaitu dengan mencantumkan nama, tahun dan halaman sumber dari kata-kata yang ingin dikutip. Setiap penulis memiliki gaya penulisannya sendiri, namun kita tetap harus memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan teori yang ada.
Juga pada penulisan catatan kaki. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk menjelaskan sumber dari kutipan yang diambil, tetapi juga bisa digunakan sebagai penjelasan terhadap sebuah pernyataan / teori. Begitu pula dengan daftar pustaka. Daftar pustaka tidak harus dicantumkan pada akhir buku saja, tetapi juga bisa kita tulis per bab dibagian akhirnya.

Saran
Dalam pembuatan kutipan, catatan kaki maupun daftar pustaka, kami menyarankan agar para penulis memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar menurut aturan / teori yang ada, karena dengan mengikuti aturan/teori penulisan yang telah ditetapkan maka, sebuah karya tulis dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat secara luas

Nama Kelompok :
Aliyah Zahira
Yulia Puspita
Mareta
Sisca Ellia
Rizka Amanda Putri
Naimah F.

TUGAS 2 - Energi Menyengat Warga Senior

Mereka bukan senja menunggu tertelan bumi. Sebaliknya, energy mereka terik menyengat.
                Kalau kita melihat kata-kata itu, kita dapat langsung menebak bahwa mereka adalah para pinisepuh yang beranggapan bahwa umur adalah kalender, waktu boleh membekas di kulit dan tulang tetapi jiwa mereka selamanya akan selalu segar.
                Dapat kita lihat dari hasil jajak pendapat yang dilakukan di 33 ibu kota provinsi dengan jumlah sampel 588 lansia yang menghasilkan 51,5% lansia bekerja semampunya, 39,5% lansia pension dan istirahat, 1,2% lansia di panti jompo, 5,2% lansia lainnya, dan 2.6% lansia tidak diketahui. Dari hasil itu dapat kita simpulkan bahwa banyak lansia yang masih terus bersemangat bekerja dan membangun negeri ini.
                Pertama kita lihat Emil Salim yang telah berusia 83 tahun, dia masih terus bekerja tanpa bosan. Beliau menjabat Guru Besar Ekonomi Lingkungan Universitas Indonesia sekaligus Dewan Pertimbangan Presiden. Dapat kita bayangkan betapa sibuknya dia, namun dia tetapi dia terus semangat untuk menciptakan generasi muda yang matang. Dia pun sangat suka membaca, di perpustakaan pribadinya, ribuan buku menyesaki rak panjang setinggi langit-langit. “Saya membaica untuk mengikuti perkembangan ilmu terbaru. Apalagi, saya membimbing mahasiswa program doktor, harus lebih pintar dong dari muridnya, ha-ha-ha.”
                Dapat kita lihat juga Mochtar Riady yang berusia 84 tahun, dia mendirikan Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) yang merupakan pusat riset kanker. Hal ini dia lakukan karena dia merasa gemas dengan omongan orang yang beranggapan Indonesia adalah Negara kecil, kacau dan miskin. “Bagi saya, Senin sampai Jumat itu paling semangat karena ada pekerjaan. Saya paling susah Sabtu dan Minggu karna nganggur, ha-ha-ha.”
                Ternyata tidak hanya lelaki saja yang masih giat bekerja di usia yang kebanyakan orang menganggap mereka sudah tidak pantas bekerja. Tetapi Oma Julie yang berusia 91 tahun membuktikannya bahwa wanita pun bisa terus berkarya. Lebih dari 50 buku resep telah dia tulis, dan pada ulang tahunnya yang ke-90, Oma Julie meluncurkan buku terkini 250 Resep Hidangan Pilihan Julie “Nyonya Rumah”Sutarjana. Tidak hanya itu, dia juga memiliki 2 rumah makan yang diurusnya sendiri dengan mengawasi pegawainya memasak sesuai resep setiap hari. “Banyak yang bilang, kok, sudah tua masih cari duit? Buat saya yang penting punya kegiatan.”
                Jadi, dapat kita lihat bahwa usia tidak menjadi batasan kita untuk berkarya. Mereka tidak kenal lelah, dan terus berkarya untuk Indonesia. Kita sebagai kaum muda seharusnya bisa lebih bersemangat karena kita tidak hanya mempunyai jiwa yang segar tetapi  kita juga mempunyai raga yang lebih kuat dibandingkan dengan mereka.


Sumber : Koran Kompas, Minggu, 20 Oktober 2013, halaman 13

TUGAS 1 - Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar

Faktor-faktor penunjang untuk menjadi pandai menulis :
•             Ragam Bahasa
•             Ejaan
•             Diksi
•             Kalimat
•             Alinea & Pembangunya
•             Kerangka Karangan
•             Kutipan & Catatan kaki
•             Abstraksi & Daftar Pustaka
Tujuan
Agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik secara lisan dan terutama sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah.

Pertanyaan
Apakah dengan faktor-faktor di atas, tujuan dari faktor tersebut akan terpenuhi ?

Deskriptif
Dalam mengungkapkan gagasan ilmiah dibutuhkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka sebuah gagasan ilmiah dapat dengan mudah dimengerti dan diterima oleh para pembaca maupun pendengar. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi salah satu penilaian terhadap kualitas dari suatu gagasan ilmiah dilihat dari sisi tata bahasa yang digunakan. Dalam prakteknya masih banyak terjadi kesalahan dalam menerapkan tata bahasa yang baik untuk mengungkapkan suatu gagasan ilmiah.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa atau tuntutan pemakaian yang berbeda-beda menurut tempat, topik, penutur, sarana/ medium pembicaraan, dan sebagainya. Adanya ragam bahasa Indonesia disebabkan oleh perkembangan masyarakat (konteks sosial).
Bahasa Indonesia berasal dari berbagai bahasa, oleh karenanya ejaan berubah dari waktu ke waktu. Pemerintah Indonesia juga secara resmi menerbitkan kebijakan (policy) yang ditetapkan pejabat berwenang untuk mengatur ejaan Bahasa Indonesia yang senantiasa diperbaharui. Ejaan Bahasa juga banyak dipengaruhi oleh bahasa melayu.
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
                Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat.
                Alinea atau paragraph adalah penuangan ide atau gagasan penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain berkaitan dan hanya memiliki satu topik atau tema.
                Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
                Kutipan adalah pinjaman sebuah kalimat ataupun pendapat dari seseorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, kamus, ensiklopedia, artiket, laporan, majalah, koran, surat kabar atau bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan misal media elektronika seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Tujuannya sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
                Catatan kaki adalah merupakan cara untuk member penjelasan dari sebuah kutipan yang berbentuk langsung maupun tidak langsung yang diletakkan dalam artikel ilmiah. Selain itu ia juga berfungsi sebagai penjelasan dari hal-hal penting dan berkaitan erat dalam artikel, namun apabila diletakkan dalam teks akan mengganggu struktur paragaf/alinea yang ada.
                Abstrak adalah  sebuah paragraph yang mewakili keseluruhan isi dari sebuah gagasan ilmiah, sehingga dengan hanya membaca abstrak saja, maka kita akan mengetahui apa saja hal-hal yang dibahas di dalam sebuah gagasan ilmiah.
                Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad.
Dengan memperhatikan kesembilan kerangka yang ada, maka kita dapat mengetahui bahwa kesembilan kerangka tersebut sangat penting dalam mengungkapkan gagasan ilmiah agar dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat secara luas. memiliki masyarakat dengan budaya yang sangat beragam(dilihat dari sisi bahasa) menjadi hambatan bagi para penggagas dalam mengungkapkan ide-idenya, karena hal tersebut dapat menyebabkan ide tidak terserap dan dipahami dengan baik bahkan bisa menimbulkan cara pandang yang salah terhadap sebuah ide yang diungkapkan.
Oleh sebab itu, kesembilan kerangka tersebut dapat menjadi pedoman untuk mengungkapkan gagasan-gagasan ilmiah, sehingga apa yang diungkapkan benar-benar dimengerti dan dipahami oleh masyarakat secara luas.

Kesembilan kerangka tersebut dapat diterapkan secara menyeluruh dalam gagasan ilmiah yang berbentuk tulisan, namun jika ingin mengungkapkan suatu gagasan ilmiah secara lisan tidak diperlukan kesembilan kerangka secara utuh, contohnya dengan penggunaan catatan kaki secara lisan, ataupun daftar pustaka yang dibacakan satu persatu tidak dibutuhkan dalam pengungkapan gagasan ilmiah secara lisan.